Tuesday, October 28, 2014

PENYEBAB, GEJALA, DAN PENCEGAHAN AIDS

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) atau syndrome penurunan kekebalan tubuh yang di dapat, adalah infeksi yang disebabkan oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). Penyakit HIV/AIDS merujuk pada keadaan seseorang yang tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh sehingga berbagai macam penyakit dapat menyerang dan sangat sulit untuk disembuhkan. Hampir semua penderita AIDS berakhir dengan kematian, karena hingga saat ini penyakit AIDS belum ada obatnya.
Penderita penyakit AIDS di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Keadaan ini tentu sangat memprihatinkan. Pada awal tahun 2004 ada enam propinsi yang diprioritaskan berhubung tingginya jumlah kasus HIV/AIDS, yaitu Jakarta, Papua, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat dan Riau. Kemudian pada akhir 2004 bertambah enam propinsi lagi yaitu Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Banten.
Penyakit AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. Namun tidak semua orang yang terinfeksi HIV akan mengalami gejala AIDS. AIDS dapat ditularkan lewat hubungan seksual, persalinan dan menyusui, dan kontak darah dengan penderita. 

Gejala infeksi tahap awal

Sebagian besar orang yang terkena infeksi HIV tidak menyadari adanya gejala infeksi HIV tahap awal. Karena, tidak ada gejala mencolok yang tampak segera setelah terjadi infeksi awal, bahkan mungkin sampai bertahun-tahun kemudian.  Meskipun infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang terinfeksi HIV akan membawa virus HIV dalam darahnya. Orang yang terinfeksi tersebut akan sangat mudah menularkan virus HIV kepada orang lain, terlepas dari apakah penderita tersebut kemudian terkena AIDS atau tidak . Untuk menentukan apakah virus HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah dengan tes HIV.

Gejala infeksi tahap menengah

Gejala infeksi HIV pada tahap menengah sudah lebih jelas, misalnya flu yang berulang-ulang  : lesu, demam, berkeringat, otot sakit, pembesaran kelenjar limfe, batuk.
Gejala infeksi HIV lainnya yaitu infeksi mulut dan kulit yang berulang-ulang, seperti sariawan, atau gejala-gejala dari infeksi umum lain yang selalu kambuh karena penurunan kekebalan tubuh.

Gejala infeksi tahap akhir

Gejala infeksi HIV tahap akhir disebut juga gejala AIDS, yaitu berat badan menurun dengan cepat, diare kronis, batuk, sesak nafas (infeksi paru-paru, tuberculosis yang telah meluas), bintik-bintik atau bisul berwarna merah muda atau ungu (kanker kulit yang disebut sarcoma kaposi), pusing-pusing, bingung, infeksi otak.

Penyebab penyakit HIV/AIDS

Penyebab penyakit HIV/AIDS adalah infeksi oleh virus HIV, yang menyerang system kekebalan tubuh sehingga sel-sel pertahanan tubuh makin lama makin banyak yang rusak. Penderita infeksi HIV menjadi sangat rentan terhadap semua bentuk infeksi. Pada tahap akhir, penderita tidak bisa tahan terhadap kuman-kuman yang secara normal bisa dilawannya dengan mudah.
Infeksi HIV ditularkan melalui hubungan badan baik vagina, anus, dan kontak dengan darah penderita HIV, seperti lewat jarum suntik, bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi HIV, menerima transfusi darah yang terinfeksi, serta transplantasi organ tubuh.
Apabila anda merasa telah terkena infeksi HIV segeralah periksa ke dokter. Hindari tempat-tempat yang banyak serangan penyakit. Tidak melakukan hubungan badan dan mencegah kehamilan, serta jangan menjadi donor darah , sperma, ataupun organ tubuh.
Sebagai tambahan : infeksi HIV/AIDS tidak bisa ditularkan lewat kontak sosial biasa seperti berjabat tangan dan berpelukan. Makanan atau alat-alat makan. Toilet dan kolam renang. Gigitan nyamuk atau serangga lain serta donor darah yang bebas virus HIV.

Cara pencegahan penyakit HIV/AIDS

Mencegah penyakit HIV/AIDS relatif lebih mudah dibandingkan dengan mengobatinya. Mencegah penyakit HIV/AIDS akan semakin penting artinya berhubung penyakit ini belum ditemukan obatnya. Berikut ini beberapa cara pencegahan penyakit HIV/AIDS :
  1. Setialah dengan suami atau istri anda. Lakukan hubungan seksual hanya dengan pasangan hidup anda (safe sex).
  2. Menghindari seks bebas (free sex). Jangan melakukan hubungan badan dengan pekerja seksual (PSK) atau berganti-ganti pasangan.
  3. Gunakan kondom secara benar dalam berhubungan seksual, kecuali untuk pasangan-pasangan yang menginginkan bayi. Kondom bisa menurunkan resiko infeksi tetapi tidak dapat mencegahnya secara total. Kondom yang terbuat dari selaput (membrane) binatang terlalu tipis untuk dapat melindungi.
  4. Hindari penyalah-gunaan obat terlarang, narkoba dan penggunaan jarum suntik bersama-sama.
  5. Bila ingin akupunctur, tattoo, atau tindik telinga pastikan bahwa alat-alat yang dipakai telah disterilkan.
  6. Bila perlu operasi, sebaiknya minta transfuse darah autologous, yaitu donor darah untuk nantinya dipakai sendiri

No comments:

Post a Comment