1.Terdiri dari 4 baris
2.Jumlah kata tiap baris 8-12 suku kata
3.Baris pertama dan kedua disebut sampiran
4.Baris ketiga dan empat disebut isi
5.Bersajak abab
syair :
1.Terdiri atas 4 larik tiap bait
2.Setiap bait memberi arti sebagai satu kesatuan
3.Semua baris merupakan isi(dalam syair tidak ada sampiran)
4.Bersajak aaaa
5.Jumlah suku kata tiap baris 8-12 suku kata
5.Isisyair berupa nasihat,petuah,dongeng/cerita
Perbedaannya:
1. Suku kata syair lebih banyak daripada suku kata pantun
2. Sajak pantun selalu silang sedangkan sajak syair selalu sama
PANTUN
Arti Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti “petuntun”. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa
(baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat
baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak
akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau
a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang
dijumpai juga pantun yang tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi.
Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam
(mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak
punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk
mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang
merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Ciri-Ciri Pantun
Ciri-ciri
pantun dapat dilihat berdasarkan bentuknya. Ciri-ciri ini tidak boleh
diubah. Jika diubah, pantun tersebut akan menjadi seloka, gurindam, atau
bentuk puisi lama lainnya. Ciri-ciri pantun adalah sebagai berikut:
-
Tiap bait terdiri atas empat baris (larik).
-
Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata.
-
Rima akhir setiap baris adalah a-b-a-b.
-
Baris pertama dan kedua merupakan sampiran.
-
Baris ketiga dan keempat merupakan isi.
Contoh Pantun
Ekor panjang si ikan pariJenur satu di atas pohon
Adik menangis sepanjang hari
Minta ibu belikan balon
___________________________________________________
Burung belibis dan burung balam
Berkicau merdu di hutan rimba
Adik menangis sepanjang malam
Inginkan sepeda beroda lima
SYAIR
Arti Syair
Syair
adalah salah satu puisi lama. Syair berasal dari Persia, dan dibawa
masuk ke Nusantara bersama dengan masuknya Islam ke Indonesia. Kata atau
istilah Syair berasal dari bahasa arab yaitu Syi’ir atau Syu’ur yang berarti “perasaan yang menyadari”, kemudian kata Syu’ur berkembang menjadi Syi’ru yang berarti puisi dalam pengetahuan umum.
Dalam
perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi
sehingga menjadi khas Melayu, tidak lagi mengacu pada tradisi sastra
syair negeri Arab. Penyair yang berperan besar dalam membentuk syair
khas Melayu adalah Hamzah Fansuri dengan karyanya, antara lain:
Syair Perahu, Syair Burung Pingai, Syair Dagang, dan Syair Sidang Fakir.
Ciri-ciri syair antara lain :
1. Setiap bait terdiri dari empat baris.
2. Setiap baris terdiri atas 8-14 suku kata.
3. Bersajak a-a-a-a.
4. Semua baris adalah isi.
5. Bahasanya biasanya kiasan.
Contoh Syair
Syair Abdul Muluk
Tersebutlah pula suatu perkataan
Abdul Hamit syah padaku sultan,
Duduklah baginda bersuka-sukaan.
Abdul Muluk putra baginda,
Besarlah sudah bangsawan muda,
Cantik majelis usulnya syahdam
Tiga belas tahun umurnya ada.
Paras elok amat sempurna,
Petah menjelis bijak laksana,
Memberi hati bimbang gulana,
Kasih kepadanya mulya dan hina
Syair Agama (Syair Kiamat)
Dengan nama Allah Khalikul’alam,
Dipermulai kitab diperbuat nazam,
Supaya ingat mukmin dan Islam.
Sudah memuji Tuhan yang kaya,
Salawatkan rasul Nabi yang mulia,
Itulah penghulu segala Anbia,
Sekalian Islam jin dan manusia.
Barang yang maksiat beroleh bala,
Kerana murka Allah Taala,
Di dalam neraka ia tersula,
Badannya hancur tiada terkala.
Dijadikan dunia oleh Tuhanmu,
Bukan di sini akan tempatmu,
Sekadar ibadah dengan ilmu,
Serta amalkan dengan yakinmu.
Barang bercinta akannya mati,
Tidaklah lupa berbuat bakti,
Siang dan malam diamat-amati,
Seumur hidup tidak berhenti.
Harta itu cari olehmu,
Sambil dengan menuntut ilmu,
Serta amalkan dengan baktimu,
Supaya jangan jadi selemu.
No comments:
Post a Comment